Peran Enzyme Dalam Berbagai Situasi
Kondisi ketersediaan dan harga bahan baku pakan yang sulit diprediksi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menyusun nutrisi pakan ayam. Tantangan Menyusun harga ransum yang terjangkau dan mempertahankan kualitas pakan menjadi tantangan tersendiri. Membutuhkan “seni” meracik pakan yang tepat, serta bantuan penerapan teknologi pakan. Salah satu penerapan strategi penerapan teknologi pakan dengan memanfaatkan pemakaian enzyme.
Nurhadi Baskoro, Mensana Aneka Satwa
5/8/20245 min read


Peran Enzyme Dalam Berbagai Situasi
Kondisi ketersediaan dan harga bahan baku pakan yang sulit diprediksi sangat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menyusun nutrisi pakan ayam. Tantangan Menyusun harga ransum yang terjangkau dan mempertahankan kualitas pakan menjadi tantangan tersendiri. Membutuhkan “seni” meracik pakan yang tepat, serta bantuan penerapan teknologi pakan. Salah satu penerapan strategi penerapan teknologi pakan dengan memanfaatkan pemakaian enzyme.
Target penggunaan enzyme diharapkan “LEBIH BANYAK” nutrisi pakan yang dapat dimanfaatkan oleh tubuh ayam.
Enzyme merupakan jenis protein yang terdapat pada semua organisme hidup, yang memfasilitasi percepatan reaksi kimia. Dalam reaksi ini, enzyme bekerja pada molekul tertentu (yang kita sebut sebagai substrat) yang akan dirubah menjadi molekul berbeda yang dapat diserap oleh tubuh.
Enzyme endogen diproduksi oleh berbagai organ saluran pencernaan didalam tubuh dan enzyme eksogen diberikan dari luar tubuh. Untuk mengaplikasikan enzyme pada pakan ternak, diperlukan substrat yang cukup dalam pakan, hewan harus mampu memanfaatkan produk kerja enzyme, enzyme harus stabil selama dan setelah pengolahan pakan dan di dalam pakan sampai dikonsumsi, enzyme harus stabil di usus hewan, dan enzym harus berinteraksi secara efisien dengan substrat targetnya.
Contoh enzyme endogen: amilase, cathepsin (B, L, H), lipase (lipase asam, lipase netral, fosfolipase), Enzyme eksogen yang paling sering digunakan untuk pakan unggas: amilase. selulase, glukanase, pektinase, xilanase, galaktisidase, fitase, enzim pendegradasi polisakarida non-pati, amilase, lipase, selulase, dan protease. Enzyme pakan ini tersedia secara komersial sebagai enzyme tunggal atau campuran enzyme pendegradasi karbohidrat yang dapat dikombinasikan dengan protein dan enzyme pendegradasi fitat. Enzyme eksogen menghidrolisis polisakarida non-pati, meningkatkan penggunaan energi pakan, mengurangi dampak negatif residu non-pencernaan terhadap viskositas pencernaan, dan meningkatkan ekosistem mikroba usus.
Suplementasi enzyme dalam nutrisi unggas mengurangi biaya pakan, memungkinkan fleksibilitas dalam formulasi pakan, meningkatkan kinerja dan kualitas kotoran, meningkatkan kesehatan unggas, dan mengurangi total biaya produksi.
OPTIMALISASI ALTERNATIF BAHAN BAKU
Beberapa waktu lalu kita dihadapkan kasus jagung yang harganya mahal, beberapa produsen pakan dan peternak memilih untuk mengganti jagung kuning dengan bahan alternatif seperti gandum dan by product dari industry food berbasis gandum (mie, wafer, biscuit). Tantangan potensi nutrisi yang terkandung dibahan alternatif tersebut dengan gandum kaya akan polisakarida non-pati (NSP). Suplementasi enzyme dalam pakan dapat meningkatkan nilai gizi tanaman yang mengandung NSP terlarut yang tinggi. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa suplementasi enzim eksogen dalam ransum berbahan dasar gandum dapat meningkatkan performa unggas dibandingkan dengan yang diperoleh dari ransum berbahan dasar jagung-kedelai. Potensi tidak hanya dari aspek protein, energi dan asam amino. Kandungan Kolin dan Betaine yang lebih tinggi menjadi salah satu daya tarik untuk mengolah gandum dan turunannya.
Dalam pelaksanaan dibeberapa peternak dengan menggunakan wafer sebagai pengganti jagung, pemanfaatan enzyme campuran (koktail enzyme) dengan fokus penanganan NSP yang terkandung didalam wafer, sangat membantu meningkatkan daya cerna, performance produksi telur yang dihasilkan pun tidak kalah dengan yang menggunakan pakan berbasis jagung, dengan kasus wet dropping yang bisa dicegah. Konsep pakan nutrisi murah akhirnya dapat tercapai.
PENYESUAIAN KONDISI SALURAN CERNA AYAM
Kondisi saluran cerna ayam memiliki berbagai karakteristik unik, salah satunya adalah ayam broiler. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sanan Talibov ditahun 2017, sekresi alfa amilase mengalami penurunan produksi di pankreas setelah ayam berumur 21 hari keatas.
Pengujian yang dilakukan oleh salah satu peternak broiler di Yogyakarta di tahun 2024 menguji pemanfaatan enzyme campuran dengan focus pemberian enzyme alfa amilase, hasil menggunakan enzyme terjadi pencapaian yang cukup signifikan. Pengujian dilaksanakan dikandang yang bersebelahan dan umur yang sama, dengan lama pemeliharaan selama 37 hari. hasil Pengujian pencapaian IP 408 dan FCR 1,57 dengan tanpa enzyme, sedangkan perlakuan dengan menggunakan enzyme pencapaian IP 444 dan FCR 1,52
ENZYME MENCEGAH KOKSIDIOSIS
Pembatasan penggunaan AGP telah mendorong arah dan perspektif baru untuk penerapan enzyme pakan. Enzyme dalam pakan mulai dikembangkan sebagai bagian dari program terpadu manajemen kesehatan usus. Keunikannya adalah mikrobiota usus memberi nutrisi pada nutrisi luminal (makanan dan/atau endogen). Karena perbedaan preferensi substrat dan kebutuhan pertumbuhan, komposisi dan struktur pencernaan sangat mempengaruhi mikrobioma GIT. Profil mikrobioma dan fungsi metabolisme sebagian mencerminkan komposisi pakan. Memodifikasi kecernaan makanan akan mempengaruhi mikrobioma GIT. Enzyme pendegradasi serat dapat melepaskan produk hidrolisis “prebiotik” yang dapat memodulasi mikrobiota usus.
Infeksi Eimeria meningkatkan hilangnya protein plasma dan musin endogen yang memberi nutrisi pada C. perfringens. Aliran besar bahan nitrogen dalam ceca mendorong produksi metabolit beracun misalnya tiol, amina, amonia, dan indol. Kondisi pH ceca digesta yang tinggi mendorong perkembangbiakan patogen seperti C. perfringens. Enzim pakan dapat memodulasi ekologi GIT dengan mengurangi nutrisi yang tidak tercerna dan produksi oligosakarida dengan potensi efek prebiotik. Suplementasi campuran enzim (amilase, protease, dan xilanase) mendukung ekologi usus yang mengurangi skor lesi usus khususnya pada ceca terkait dengan perubahan profil mikroba pada ayam pedaging. Campuran enzim tidak mempengaruhi kecernaan nutrisi di ileum, hal itu mengubah karakteristik pencernaan sehingga komunitas mikrobiota ceca pun berubah. Pengaruh enzyme tambahan pada skor lesi pada ayam pedaging yang terserang koksidiosis telah dikaitkan dengan produksi asam lemak volatil. Sebuah studi oleh Ruff et al. (2018) menunjukkan bahwa koksidiosis menurunkan pH luminal usus kecil tetapi meningkatkan pH ceca. Enzyme dalam tambahan pakan telah terbukti meningkatkan konsentrasi asam lemak volatil ceca seperti asam asetat dan butirat dengan penurunan pH ceca digesta secara bersamaan. Asam asetat terbukti sepadan dengan obat anticoccidial (Amprolium) dalam menekan efek negatif terkait koksidiosis pada kinerja pertumbuhan. Secara kolektif, penelitian tersebut menunjukkan enzyme tambahan mempengaruhi kemampuan bertahan hidup atau tingkat kerusakan usus.
PENANGANAN CUACA PANAS
Unggas yang terkena cekaman panas menunjukkan penurunan aktivitas amilase dan maltase, penurunan kecernaan protein dan asam amino pakan lengkap dan bahan pakan individu ( Bayati dkk., 2017) Unggas yang mengalami cekaman panas akan mengurangi penyerapan dan retensi fosfor (P) (Wolfenson et al., 1987 ; Belay et al., 1992 ; Belay dan Teeter, 1996 ), Fitase merupakan enzyme yang mendegradasi fitat dalam pakan, sehingga melepaskan P yang dapat dimanfaatkan hewan untuk pertumbuhan dan kesehatan tulang. Dosis fitase yang lebih tinggi diperlukan untuk meningkatkan aktivitas enzim anti-oksidan. Tingkat kalsium (Ca) dalam makanan juga diketahui mempengaruhi penyerapan P (Tamim et al., 2004 ), dengan diet rendah Ca meningkatkan penyerapan P di usus kecil.
Sebuah studi oleh Ait-Boulahsen dkk. ( 1993 ) juga mengusulkan bahwa menurunkan pakan Ca dapat meningkatkan toleransi ayam broiler terhadap paparan panas akut. Defosforilasi oleh fitase eksogen, tidak hanya melepaskan P, namun mengurangi efek anti-nutrisi pada mineral dan protein sehingga mengarah pada peningkatan pertumbuhan (Woyengo dan Nyachoti, 2013 ). Penambahan fitase ke dalam pakan secara signifikan meningkatkan pertambahan berat badan dan konsumsi pakan pada ayam pedaging yang dipelihara dalam suhu tinggi.
Kalsium merupakan mineral penting untuk meningkatkan kualitas telur dan ketersediaannya dapat ditingkatkan oleh enzyme fitase. Kemampuan ayam petelur dalam memanfaatkan Fitat Fosfor menurun seiring bertambahnya usia, rata-rata sebesar 46,7, 9,1 dan 16,5% pada umur 34, 50 dan 72 minggu (Scheideler , 1987 ).Kebutuhan Fitase Fosfor tertinggi pada umur 32 minggu, terdapat peningkatan permintaan terhadap P pada tahap awal siklus bertelur ketika produksi telur, bobot telur, dan bobot badan sedang meningkat.
Fitat merupakan senyawa penyimpan P pada tanaman ( Palauf dan Rimbach, 1997 ), yang menyumbang sekitar dua pertiga dari total P dalam bahan tanaman. Fitat tidak digunakan dengan baik oleh ayam sebagai sumber P karena terbatasnya fitase endogen di saluran pencernaan ( Maenz dan Classen, 1998 ) dan karena penghambatan P dan Ca terhadap degradasi fitat pada tingkat aplikasi mineral umum ( Sommerfeld et al., 2018b ). Ketersediaan P yang rendah dalam pola makan nabati menyebabkan suplementasi P anorganik pada pola makan unggas. Karena P merupakan salah satu nutrisi termahal dalam pakan unggas ( Naves dkk., 2016 ), meningkatkan P anorganik dalam pakan akan meningkatkan biaya pakan.
Fitase eksogen telah digunakan dalam pakan unggas untuk membebaskan P dan mineral lain seperti Ca, mengurangi polusi P dalam kotoran unggas ( Selle dan Ravindran, 2007 , Zyla et al., 2012 ), dan mengurangi biaya pakan ( Ponnuvel et al., 2014 ). Jenis produk fitase komersial yang ada (3- atau 6-fitase), sumber (sumber mikroba dari mana produk tersebut berasal), karakteristik (pH optimal, termostabilitas, kemampuan untuk membebaskan P dari kompleks fitat-P), dan katalitik dan sifat biokimia ( Menezes-Blackburn dkk., 2015 ). Perbedaan ciri dan sifat tersebut dapat berdampak pada aktivitas fitase dalam saluran pencernaan unggas ( Onyango et al., 2005 ).
KOKTAIL ENZYME
PT Mensana Aneka Satwa, menyediakan produk enzyme komplit dalam satu produk. Masamix EPS diharapkan dapat membantu mengatasi berbagai kendala antinutrisi dan mengoptimalkan kecernaan nutrisi pakan, serta berbagai macam tantangan lapangan seperti perubahan cuaca exstrem, kondisi bahan baku yang berfluktuasi, kondisi fisiologi dan morfologi unggas.
Masamix EPS merupakan produk solusi untuk mengoptimalkan keuntungan usaha peternakan dan merupakan produk enzyme komplit sudah teruji diberbagai kondisi sehingga dapat membantu meningkatkan efisiensi pakan dan meningkatkan kesehatan saluran pencernaan unggas.

